Wibisono : Wacana Menristekdikti Untuk Merekrut Rektor Asing, Apa salah Satu "Proxy War" Asing di Dunia Pendidikan ?


Jakarta, TABLOID NPP - Wacana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir akan melakukan pemilihan secara khusus dalam mencari rektor luar negeri (asing) untuk memimpin Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Menurutnya, tim Kemenristekdikti saat ini sedang membahas kriteria apa yang diperlukan dari pemerintah, agar PTN yang dipimpin rektor asal luar negeri mampu mencapai 100 besar dunia.

“Saya sudah laporkan kepada Bapak Presiden dalam hal ini wacana untuk merekrut rektor asing ini, yang punya reputasi. Kalau yang tidak punya reputasi, jangan. Tidak mesti orang asing itu baik, belum tentu. Nanti kita cari,” kata Nasir yang dikutip dalam laman seskab.go.id, Jakarta, Rabu (31/7/2019).

Ia menjelaskan, praktek rektor asing memimpin perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi publik di suatu negara lumrah dilakukan di luar negeri, terutama di negara-negara Eropa, bahkan Singapura juga melakukan hal yang sama. Nasir pun mencontohkan, Nanyang Technological University (NTU) yang baru didirikan pada 1981, namun saat ini sudah masuk 50 besar dunia dalam waktu 38 tahun.

Sementara itu menurut Pembina LPKAN (Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara) Wibisono,SH,MH menyatakan "Saya kira belum perlu ya?", ujarnya.

Dia mencontohkan, kalau untuk masuk dalam top 100 dunia, kriterianya tidak harus merekrut Rektor asing tapi adalah :

1.Banyak Publikasi-Promosi Branding internasional dan inovasi dari kampus.

Maka dari itu yang dilakukan adalah mencari para ilmuwan yang bisa menstimulus hal tersebut. Para Ilmuwan itu bisa diambil dari luar negeri dan diakui kehebatan dan kemampuan akademis di bidangnya.

2.Selain itu bisa juga dengan memberikan jabatan sebagai "ketua litbang penelitian dan publikasi ilmiah". 

Menurut Wibisono, tugas Rektor yaitu bukan hanya mengurusi Prestasi kampus tapi juga mengurusi mahasiswa, dana, pengabdian masyarakat, dan lainnya.

3.Selain itu, penunjukkan terhadap seseorang menjadi rektor PTN atau perguruan tinggi di Indonesia tidak hanya berdasarkan kompetensi saja, tapi juga harus memahami kultur lokal.

"Nah ini tak mudah dipenuhi rektor asing. Butuh pemahaman budaya. Jadi rektor asing bukan solusi untuk memacu Perguruan Tinggi kita," ujar pengusaha dan pemerharti pendidikan.

Karenanya, baiknya Indonesia berhati-hati karena banyak pertimbangan yang harus dilakukan terkait perekrutan rektor asing," jangan jangan ini bagian dari Perang Modern atau Proxy War dari negara asing didunia pendidikan ?", tandas Wibi

Sebenarnya, di Indonesia ada banyak kader atau anak bangsa sendiri yang mumpuni menjadi rektor, orang orang kita hebat hebat,cuma kita harus punya target lompatan yang tidak hanya melahirkan wisuda wisuda terbaik tapi juga harus punya target prestasi untuk bisa berkiprah di dunia intenasional,ini semua tergantung mahasiswanya.

Hanya saja, saat ini memang banyak keluhan soal rektor yang tidak mumpuni.

Itu terjadi menurut wibi, karena perekrutan rektor yang tidak baik, sehingga yang terpilih bukan yang terbaik.

"Yang perlu dibenahi pola rekrutmennya. Karena itu yang perlu dikaji proses pemilihan rektor di PTN yang peran pemerintah sangat dominan. Itu bisa mengalahkan peran senat akademik," pungkasnya. (red) 
Diberdayakan oleh Blogger.