Dua Tahun Fajri Gagal Naik Kelas, Orang Tua Tak Diberitahu Kekurangan Anak


Pesisir Selatan, Tabloid NPP - Ada - ada saja tingkah guru di sekolah saat ini, ada anak didik tidak naik kelas dua tahun berturut-turut, pada hal tak naik kelas bagi anak adalah hal yang berat, rasa malu dan gagal niscaya akan datang, ia harus satu kelas dengan murid yang semula adik kelasnya, dan teman-temannya kini menjadi kakak kelas, selain itu, cap bodoh nyaris selalu ada, meskipun tidak pasti menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Padahal kurikulum 2013 focus pada pembinaan siswa serta kerjasama antara guru dan orang tua, hal tersebut ternyata tidak ada penerapannya pada salah satu sekolah SMP di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Fajri salah seorang siswa SMP Negeri 2 Linggo Sari Baganti diduga menjadi korban ketidak mampuan guru dalam membina, Pasalnya, Fajri tidak naik kelas dalam 2 tahun berturut, ironisnya orang tua dari Fajri tidak pernah mendapat informasi apapun tentang kekurangan anaknya selama ini.

Sungguh tak percaya orang tua Fajri ketika mengambil raport anaknya, diketahui Fajri ternyata tinggal kelas lagi untuk yang kedua kalinya secara berturut-turut, padahal orang tua Fajri tidak pernah mendapatkan informasi apapun dari sekolah tentang prilaku Fajri.

Hal seperti ini seharusnya guru dan orang tua luangkan waktu untuk duduk bersama dan membicarakan masalah tidak naik kelas ini, tanyakan apakah mata pelajarannya terlalu sulit, apakah ia tidak mengerjakan PR, tidak tahu cara belajar yang efektif, banyak bolos sekolah, hingga kemungkinan jika ada masalah kejiwaan seperti depresi dan kecemasan.

Kalau merujuk pada acuan kuriculum 2013, guru dan orang tua saling berkoordinasi untuk peningkatan mutu didik anak, dan guru wajib memberikan konseling pada siswa yang memiliki permasalahan pembelajaran dan psychis. 

Ibu Fajri, Eva (47) merasa guru melakukan diskriminasi pada anaknya, anggapan itu bukan tidak beralasan, karena dengan tidak naik selama 2 tahun ajaran berturut-turut, menyebabkan mental anak menjadi surut.

"Saya kecewa dengan guru yang tidak pernah membina dan memikirkan psycologis anak, sehingga berbuat seenaknya dalam menilai anak," ucap Eva penuh kesal. (19/7)

Ditambahkannya, tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran semata, tapi juga membina anak didik, sehingga pembelajaran menjadi baik.

"Tugas guru bukan hanya memberi pelajaran semata, juga membina dan mengarahkan anak-anak, karena guru pendidik bukan instruktur yang hanya bisa memberi instruksi saja," tambah Eva.

Kepala sekolah SMPN 2 Syafrinal, ketika akan dikonfirmasi sekaitan dengan hal ini, yang tidak melakukan kominikasi baik dengan pihak orang tua murid, kepala sekolah tidak berada ditempat atau tepatnya meninggalkan sekolah saat jam belajar sedang berlangsung.

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum Ardina.SPd saat ditemui disekolah mengatakan, jika kepala sekolah menghadiri pesta anak kepala Dinas Pendidikan Pesisir Selatan. 

"Kepala sekolah sedang keluar menghadiri pesta kepala dinas," ungkap Ardina.

Ketika ditanyakan kenapa siswa tersebut bisa dua tahun ajaran berturut-turut tidak naik kelas, Ardina menjawab, “hanya kepala sekolah yang berhak menjawab,” urai Ardina pendek.

Orang tua siswa beranggapan, apa yang dilakukan sekolah tersebut sudah merupakan diskriminasi, dan kepala sekolah tidak layak untuk memimpin dalam melakukan pembinaan pada guru serta anak didik.(tim)
Diberdayakan oleh Blogger.